The Mermaid Theory



Now Playing : The Chainsmokers ft. Halsey - Closer

Damn, this song is good enough.

Duduk di pinggir laut, headphone di telinga tersambung ke smartphone di tangan kiri, dan sebotol penuh teh hijau di tangan kanan (let’s pretend this drink is 35-years old Glen McKenna. Best scotch ever). Cara pelarian terbaik yang bisa kupikirkan. Lari dari waktu. Lari dari memori.

Lari dari dia.

I’ll tell you a story.

It started two months ago, ketika gua tinggal sendirian di Surabaya setelah acara nikahan salah satu teman gua di Pasuruan, dan teman-teman gua udah pada pulang. Gua akhirnya memutuskan untuk nonton Now You See Me 2 di Ciputra World sendirian. Actually, the real story started after I watched that film. Abis Maghrib, gua memutuskan untuk ngopi sebentar di The Coffee Bean & Tea Leaf di dekat pintu keluar timur Ciputra World. With my favorite coffee Caramel Macchiato, I decided to sit down there and reading my new The 100-Years Old Who Climbed Out Of The Window And Disappeared book for an hour. Seriusan buku itu bagus banget dan kocak. Cuma di buku itu kalian akan menemukan Gubernur Bali bernama Alamanda Einstein. LOL. Skip.

Ketika gua lagi asyik membaca, tiba-tiba ada seseorang yang memanggil nama gua.

“Bayu?” yang membuat gua respon untuk menengok. Gua melihat ada laki-laki seumuran gua berdiri di hadapan gua dengan memegang segelas kopi di tangan kanannya dan sebuah piring dengan dua buah chocolate muffin di atasnya di tangan lainnya.

Dia menangkap wajah bingung gua yang seolah berkata, “Lo siapa?”

“Lo masa ngga ingat gua? Gua Dani. Temen SD lo,” dia memperkenalkan dirinya, sedangkan gua berusaha untuk mengabsen temen-temen SD gua. Ya ada sih, salah satunya bernama Dani. Tapi ngga setinggi ini.

“Gua juga bertumbuh kali, Bay,” katanya sambil meletakkan piring yang ia pegang di atas meja di depan gua.

“Buktikan kalo lo Dani,” gua masih ngga percaya. Setelah dia menyesap kopinya, dia menceritakan tentang sebuah insiden sialan yang terjadi oleh gua dan hanya diketahui oleh teman-teman SD gua. Every detail of it. Damn.

Gua meletakkan buku gua dan menjabat tangannya.

For God’s sake, udah lama banget ngga ketemu. Gimana kabar lo?”
“Gua baik. Yah udah lama banget. Sejak lo pindah ke.. Eh, apa nama daerah tempat lo tinggal sekarang?”
“Kotamobagu.”
“Ya itu. Agak susah gua mengingatnya.”

Let’s just skip the chit-chat, seperti dia nanya, “Mana bini lo?” Damn, come on I’m nineteen, Dan. Pacar aja ngga punya. Yang pada akhirnya gua tahu kalo ternyata dia udah nikah juga. Sama seperti teman gua yang nikah beberapa hari sebelumnya. Damn, banyak banget yang udah nikah di seumuran gua. A lot of pressures.

That night, kita bercerita banyak. Mulai dari cerita nostalgia, cerita hidupnya, cerita hidup gua, bahkan ngomongin Sambel Bu Rudy yang terkenal itu. Sampai akhirnya, dia ngasih tahu gua semacam advice thing.

“Seriusan, lo ngga boleh hangout berdua doang dengan teman lo yang cewek. Apalagi kalo dia adalah teman baik lo.”

Awalnya, gua mikir bahwa dia bakal ceramahin gua dengan ayat-ayat yang sebenarnya gua juga tahu sih. Subhanallah banget. Tapi, ekspektasi gua memudar setelah dia mengatakan kalimat berikutnya.

“Karena lo bakal jatuh hati sama dia.” Kampret.

Ada hening sejenak sekitar lima detik sebelum akhirnya gua nanya. “Kenapa? Perasaan gua biasa-biasa aja kalo jalan sama temen-temen gua yang cewek. Ngga terjadi apa-apa pula.”

“Temen-temen? Plural. Lo ngga pernah kan jalan berdua doang dengan temen lo yang cewek? Berdua doang?” Gua terdiam. Kalo gua flashback kembali sih, memang iya belum pernah.

“Iya sih. Tapi sepertinya ngga apa-apa tuh. Kan udah temenan. Biasa ajalah.”

Dia tertawa, “You’ll regret it, buddy. Seriously,” ujarnya sambil meminum kopinya.

“Memangnya kenapa, ha?” tanya gua untuk memperjelas.

Tapi, sebelum kalian mendapat jawabannya. I’m gonna tell you, kenapa gua duduk di pinggir pantai ini.

A few hours ago, temen baik gua, Luna menelpon dan mengajak gua buat makan di restoran Korea yang baru buka di kota. Sekedar info, Luna ini suka banget dengan hal yang berbau Korea seperti K-Pop, K-Drama seperti kebanyakan perempuan zaman sekarang. Bahkan, gua pernah dengar kalau dia nangis seharian di kamarnya gara-gara salah satu adegan di Descendants of The Sun. Gua ngga menanyakan lebih jauh tentang hal itu.

Akhirnya, gua setuju. Setelah matahari terbenam, kita ketemu di depan restoran yang dia maksud. Pas kami masuk, suasana ala daerah Korea tersaji di dalam restoran tersebut. Mejanya, musiknya, bahkan televisi di sana menampilkan channel televisi SBS, salah satu channel TV Korea. Di sana, gua memesan jjangmyeon, dan dia memesan jjampong dan bibimbap. Jangan tanya kenapa dia makan sebanyak itu. Perempuan tidak pernah suka ditanya kenapa dia makan banyak.

Sembari menunggu pesanannya datang, Luna mulai menceritakan panjang lebar drama Korea terbaru yang sedang dia tonton dan sedang menunggu episode terbarunya buat didownload. I’ll tell you she’s an addict with this. I’ll tell you again, a man doesn’t really care about the drama that woman’s addicted about. I’ll tell you again, I didn’t care about her drama story not because the previous sentence, it’s because I’m staring at her eyes.

It kinda falling in love on weird way. Suara di pikiran gua seolah berkata, “Luna cakep juga ternyata, ya.” Dan membuat semua suasana ini menjadi awkward buat gua. Ngga buat dia karena dia ngga tahu. Karena mata gua seolah memvisualisasikan apa yang dikatakan Dani ketika gua menanyakan alasan dari advice thingnya itu.

Kembali ke Dani.

“Memangnya kenapa, ha?” tanya gua untuk memperjelas.

Dia memajukan kursi yang ia duduki. Menyandarkan tubuhnya. “Do you know, buddy? Someday, you’ll find her, whoever she is so excruciatingly attractive, and then you won’t be able to look her directly in the face.
Really?” balas gua dengan nada meremehkan.
Yeah for sure. I called it The Mermaid Theory.
Wait a minute. Mermaid? The myth?”
“Yeah! Do you know the story of the mermaid myth?” yang gua balas dengan menggeleng. “It started around 400 years ago, sailors stuck at sea would get desperate for female companionship. It got so bad that eventually, the manatees out of the water started look like beautiful women. Mermaids. The end,” dia menjelaskan.

Weird myth story. Oh ya, sekedar informasi, manatee itu sejenis lembu laut. Hampir sama seperti dugong. Google sendiri.

“Nah, sekarang lo belum tertarik sama teman baik lo yang cewek bukan karena dia itu teman baik lo. Because, she looks like a manatee now. But, you’ll see, every woman no matter how initially you feel, how initially repugnant she is, has the mermaid clock – the time it takes for you to realize you want to get her. Sure today, you see her as manatee, but she ain’t gonna stay that way,” tambahnya.

Kalau dipikir-pikir, mungkin ada benarnya.

Tadi, I see Luna as mermaid. Bukan, bukan dalam arti visual yang sebenarnya. I just see her more beautiful and attractive than usual. Mungkin karena gua sama Luna ngga pernah pergi berdua saja. Selalu dengan teman-teman kami satu tongkrongan.

Looks like a manatee pada advice Dani maksudnya adalah kita ngga tertarik ketika melihat dia. Kalau gua ketika ngumpul dengan teman-teman gua apalagi ada yang cewek, ya gua bakalan mengganggap dia hanya sebatas teman baik saja. Tidak lebih dari itu. Tapi, ketika gua hanya pergi berdua dengan salah satu teman baik gua yang cewek, bisa lain cara pandang gua. Karena gua hanya terfokus pada satu orang. Dalam kasus ini, Luna.

Nah, menyambung cerita dengan Luna tadi. Akhirnya sepanjang kita menunggu pesanan, makan, dan beberapa saat setelah kita makan, Luna yang lebih sering bercerita dan gua lebih sering mendengarkan sembari beberapa kali membalas dengan satu dua kata, berusaha supaya ini ngga kelihatan awkward.
Akhirnya, setelah kita makan, kita berpisah jalan. Dia mau pergi ke toko untuk membeli beberapa barang, dan gua pergi kesini. Di pinggir pantai, dengan botol teh hijau yang tinggal setengah isinya, dan lagu Girls dari The 1975 mengalun lewat headphone.

Gua beranjak dari tempat gua duduk karena ada notifikasi grup LINE ada yang menanyakan gua dimana dan mau ke kosan gua.

Last but not the least, dear my future wife, whoever you are, wherever you are, don’t make another man feels awkward to you, cause maybe he’ll be looking at you as mermaid and falling in love with you. Sial, gua ngomong apaan sih. Halah.

Aufwiedersehen~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar