Jadi, apa itu Indonesia? Apa artinya menjadi orang Indonesia?
Menjadi orang Indonesia adalah menjadi orang yang lidahnya sangat dimanjakan oleh berbagai rempah dalam masakannya. Sehingga ketika kita pergi ke luar negeri dan bertemu masakan yang datar walaupun sehat, akan selalu merasa kangen dengan Indonesia.
Menjadi orang Indonesia adalah menjadi bangsa yang senang melayani sebagai bagian dari keramahtamahan kita.
Mungkin rasanya kita akan terkejut ketika mendengar bahwa saos sambal dan tomat di restoran cepat saji di luar negeri mengharuskan kita untuk membayar lebih. Sedangkan di Indonesia, kita bisa mengambil sebanyak apapun bahkan sampai tak terpakai.
Seburuk-buruknya layanan taksi di Indonesia, ketus tidak akan menjadi kebiasaan yang tidak dikomplain oleh orang Indonesia. Tidak seperti di luar negeri, seperti Singapura yang sepertinya sudah terbiasa dengan sopir yang ketus. Sebingung apapun kita saat tidak mendapatkan senyum dari petugas pengisian bensin ataupun petugas tol, orang luar negeri akan selalu menyebutkan “Ramah” sebagai salah satu karakteristik utama orang Indonesia.
Indonesia adalah negara yang masih terhitung cukup muda. 71 tahun. Masih berusaha untuk menyeimbangkan antara kebebasan dan larangan. Contoh sederhananya, usaha pemerintah dalam memblokir website yang dianggap mengganggu publik patut diwaspadai. Hari ini, website A diblokir karena alasan tersebut. Hari nanti, bisa saja website anda yang diblokir dengan alasan yang sama. Padahal yang anda hanya ingin lakukan adalah mengungkapkan kebenaran.
Memang benar, tidak ada kebebasan mutlak di dunia ini. Karena keinginan kita akan selalu bersinggungan dengan orang lain. Namun, faktor yang menjadikan Belanda bisa mempraktekkan kebebasan sedemikian bebas tetapi terkontrol adalah faktor pendidikan. Nanti gua ceritakan.
Sehingga, kunci keselarasan dalam hidup bersama bukanlah pelarangan maupun pengekangan, melainkan pendewasaan.
Pendidikan akan selalu berdampak pada pembangunan manusia. Pendidikan yang benar menurut gua adalah pendidikan yang membebaskan. Pendidikan yang memperlakukan anak sebagai kertas kosong daripada batu bata yang harus terstandarisasi. Pendidikan yang terstandarisasi hanya akan melahirkan anak-anak yang takut mencoba, enggan untuk salah dan takut mengakui kesalahannya. Sebagaimana bangsa ini yang masih saja sulit untuk berdamai dengan masa lalu.
Dunia paham dan mengerti akan potensialnya Indonesia. Namun, Indonesia sendiri masih kesulitan untuk mengendalikan diri. Menguasai tubuhnya. Membuat dirinya kompak dan bersatu. Ingat. Persatuan dulu, baru bisa bergerak. Kalau tidak bersatu, pergerakan akan menjadi acak, dan tidak mustahil akan bisa saling menjatuhkan.
Saat ini, hal yang didambakan oleh bangsa Indonesia adalah pembangunan infrastruktur yang akan berdampak pada banyak hal. Tingginya daya tarik Indonesia di dunia, akan membawa investasi yang sangat tinggi dan wisatawan mancanegara yang rela datang dan menghabiskan uangnya di Indonesia yang akan memutar roda ekonomi Indonesia. Memberikan modal lebih untuk mengembangkan potensi terpendam Indonesia yang selama ini menunggu untuk dibangkitkan.
Kreativitas, seperti yang kita tahu telah dibuktikan oleh Jepang, Amerika, bahkan Hongkong akan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Nah, salah satu cara yang dapat membawa Indonesia maju adalah ekonomi kreatif. Indonesia punya peluang. Indonesia punya modal yang bisa diadu dengan negara lain.
Gua punya teman. Namanya Santana dari Argentina. Pertama kali ketemu ketika dia sedang melakukan penelitian di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone dan kebetulan menginap di hotel yang keluarga gua kelola. Waktu gua tanya pendapatnya tentang Indonesia. Dia mengatakan kekesalannya ketika ada yang bilang bahwa Indonesia itu negara miskin dan terbelakang.
Dia mengatakan sesuatu yang sampai saat ini masih teringat dalam pikiran gua. Dia mengatakan, “Indonesia is not a poor country. Indonesia is a rich country poorly managed.Totally right.
Saya pernah baca bahwa wawasan kita akan membentuk diri kita. Sebab, wawasan kita akan menjadi modal dalam mengambil keputusan dan keputusan yang diambil akan mmbentuk diri kita.
Nah, sekarang pilihannya ada dua. Wawasan anda akan anda endapkan begitu saja di kepala anda atau bersama-sama kita jadikan modal untuk membuat sesuatu. Untuk menjadikan negara kita menjadi lebih baik, menjadi lebih ideal untuk seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali. Entah dia mayoritas ataupun minoritas. Untuk membuat Indonesia menjadi Tanah Air yang kita idamkan, khayalkan dan dambakan. Membuat tanah yang kita pijak ini menjadi Indonesia.
Tempat berlindung di hari tua. Sampai akhir menutup mata. Dirgahayu Republik Indonesia.

Mumpung mau dekat hari kemerdekaan Indonesia, jadi pengen bahas Indonesia deh.
          Kalau kita pergi ke London, ada transportasi umum yang namanya tube. Kalau naik tube, kita bakal menemukan pemandangan menarik bahwa penduduk London itu sangat beragam. Dalam satu gerbong saja, kita bisa menemukan orang keturunan Asia, Afrika, Amerika Latin, Timur Tengah, Eropa dan lain-lain dengan jumlah yang kurang lebih hampir sama.
          Maka benarlah kalau London itu disebut sebagai ibukota dari para world citizen. Statistically, menyebutkan bahwa perbandingan penduduk London kelahiran Inggris dengan penduduk London kelahiran di luar Inggris cukup tipis. 57,8 persen berbanding 42,2 persen. Ethnically, selain ada orang Inggris, ada orang India, Yunani, Mesir, Somalia, Ghana, Jamaika, Jepang, Pakistan, Turki, dan lain-lain. Bahkan menurut Wikipedia, ada lebih dari tiga ratus bahasa digunakan di kota ini. Amazing, right?
          Salah satu contoh yang terkenal adalah pelari Mo Farah yang baru-baru ini menang emas di Olimpiade Rio de Janeiro di bidang lari 10000 m putra. Dia kelahiran Mogadishu, Somalia dan sekarang berkewarganegaraan Inggris.
          Kalau dipikir-pikir hal ini kurang lebih hampir sama dengan di Indonesia dari sisi keragaman. Bedanya, di Indonesia punya ratusan bahasa yang berbeda itu berasal dari satu kewarganegaraan yakni Indonesia.
          Nah, sebenarnya apa yang didapat London dari keberagaman ini? Apakah justru jadi masalah? Yang pasti penelitian menunjukkan bahwa dean direksi yang campur gender dan ras itu lebih baik performanya daripada yang Cuma segender dan seras.
          Gua pernah baca juga, McKinsey and Company merilis temuannya bahwa perusahaan yang memiliki ragam gender dan ras itu 10 persen lebih tinggi daripada perusahaan lain mampu mencapai capaian perusahaan 5,6 persen lebih tinggi. Kesimpulannya, keragaman itu membawa hasil yang baik dalam bisnis.
          Tapi, temuan yang lebih menarik bahwa penelitian dari Wayra UK yang melakukan penelitian terhadap 240 perusahaan start-up di London menunjukkan bahwa 82,5 persen responden setuju bahwa keragaman membawa pemikiran baru dan kultur inovasi. Sebesar 97,1 persen responden setuju untuk bekerja dalam keragaman. So, warga London bukan beragam saja, tapi mau dan bersedia bekerja sama dalam perbedaan.
          Nah, Indonesia itu masih banyak belajar dari sini.
          Kita sering banget disuapi jargon “Bhinneka Tunggal Ika” tapi pada kenyataannya kita belum benar-benar bisa bekerja sama dalam perbedaan. Bahkan, belum bisa menghargai perbedaan apalagi perbedaan pendapat.
          Sayang sekali, Indonesia yang sudah dikaruniai keragaman sejak awal, ngga seperti London yang keragamannya datang dari para pendatang. Tapi, justru kita ngga bisa memanfaatkan keragaman ini sebagai keunggulan.
          Bukti ketidakmampuan Indonesia bekerja sama dalam perbedaan muncul dari prestasi olahraga kita. Prestasi olahraga internasional  yag diraih Indonesia itu selalu dari cabang olahraga perseorangan atau paling mentok cabang ganda. Seperti, bulu tangkis, catur, judo, atletik, panahan.
          Giliran olahraga tim seperti sepakbola, basket, voli, selalu mengecewakan. Ada anomali di tim Perahu Naga yang dapat emas SEA Games. Itupun banyak yang ngga tahu.
          Bukti ketidakkompakan kita dalam merangkul perbedaan pendapat bisa kita lihat dari media sosial. Di Twitter misalkan. Sering terlihat bahwa bagi banyak orang, kebebasan berpendapat itu hanya buat orang-orang yang pendapatnya sama. Giliran ada yang pendapatnya berbeda, berseberangan, seringkali mereka ingin membungkam, menyalahkan dan menyerang balik.
          Masalahnya, kunci untuk hasil yang optimal dalam mengerjakan sesuatu datang dari kemampuan untuk memahami perbedaan, mengakodomasi perbedaan pendapat tersebut dan meramunya menjadi kekuatan besar.
          Yang pasti, Indonesia harus mencari cara untuk bersatu. Bukan menjadi satu. Bersatu artinya sama-sama sadar dan merangkul perbedaan, serta mencoba bersatu. Bukan menjadi satu dan menghilangkan keragaman yang lain di Indonesia.
         

Tanah Air Beta. Indonesia (1)

by on 8/16/2016 10:47:00 PM
Mumpung mau dekat hari kemerdekaan Indonesia, jadi pengen bahas Indonesia deh.           Kalau kita pergi ke London, ada transportasi ...