Larangan


Kemarin pas di Surabaya, ketika tinggal gua sendiri karena yang lainnya udah pulang duluan, ya gua putuskan buat jalan-jalan sendiri sekalian nonton Now You See Me 2 yang gua ketinggalan banget di Ciputra World.
Nah, singkat cerita abis gua beli tiket nonton itu (sendirian) gua nunggu di depan pasangan yang pake baju dengan gambar tentang Singapura gitu. Yang cewe pake baju yang gambar Merlion sedangkan yang cowo pakai baju yang gambar berbagai larangan di Singapura plus dendanya.
Emang sih Singapura terkenal banget dengan julukan 'Fine City', kota denda ya bukan kota baik. Karena segalanya seakan dilarang di sini dan tentu saja ada dendanya. Makan permen karet aja dilarang apalagi buang sembarangan.
Singapura ini yang luasnya ga lebih gede dari Jakarta, cukup otoriter memang. Waktu gua bicara sama salah seorang kenalan gua yang pernah tinggal di sana, kalau misalnya ketahuan ikut demo atau aksi di sana, hampir bisa dipastikan mereka ngga bakal dapat pekerjaan. Coba kalo peraturan itu diterapkan di Indonesia, yang nganggur malah tambah banyak jadinya.
Kalo kalian pikir, di Singapura itu kan banyak imigran yang berarti penuh dengan keragaman. Nah, dalam keragaman itu pasti ada selalu perbedaan pendapat, kemauan, kebutuhan, dan karenanya butuh untuk menyuarakan keresahan. Di negara yang demokratis, semua orang punya hak untuk menyatakan pendapat. Tapi di Singapura tidak demikian.
Kalau gua sih, ngga pernah percaya dampak pelarangan. Gua lebih percaya pada pendewasaan yang akan membuat kita sebagai bangsa yang sadar mana pilihan yang baik dan mana pilihan yang buruk.
Mungkin ini agak susah diterima oleh banyak pembaca. Segala pelarangan di Indonesia sebenarnya gua kurang setuju. Ada pelarangan situs porno, dan situs radikal, pelarangan penjualan miras, pelarangan prostitusi,  dan semuanya merupakan usaha yang nyaris sia-sia di mata gua.
Menkominfo kita, Rudiantara mengatakan bahwa sudah 800 ribu situs porno yang telah diblokir sejak program pemblokiran dimulai. Sounds big number, ha? Tapi, beliau juga bilang ketika 10 situs porno diblokir bakal muncul 20 situs porno yang baru. Jadi, berapa banyak lagi uang rakyat yang dipakai untuk menggarami laut?
Waktu pemerintah Jakarta mulai menerapkan peraturan pelarangan penjualan minuman keras di minimarket dan sejenisnya, ngga lama kemudian masuk bulan Ramadhan. Lalu marak tawuran bertajuk 'Sahur On The Road'. Pas ditangkap ternyata pada bawa minuman keras dan mabuk alkohol. Lalu, apa maknanya larangan tersebut?
Kalau konteks prostitusi (berat ini bahasannya) mungkin bukan pada pelarangannya tapi pada pembubaran lokalisasi. Tempat sejenis Kramat Tunggak, Dolly, atau Saritem itu sudah dibubarkan. Lalu apakah praktik prostitusi itu hilang? Sama sekali ngga. Justru menjadi tersebar dan ngga bisa terkontrol.
Penutupan situs radikal juga mencemaskan menurut gua. Pemerintah memutuskan untuk menutup semua situs yang dianggap menyebarkan paham-paham radikal. Dan mirisnya, kebanyakan situs yang ditutup adalah situs Islam.
Yang menjadi pertanyaannya adalah, tolak ukur radikal itu apa? Kalau pemerintah kita otoriter, lalu gua membuat situs yang mengajak buat memberontak, apa gua radikal? Kemudian apakah situs gua bakal ditutup? Kalau pemerintahnya selalu menutup situs yang menurut mereka itu radikal, apakah kelak kebebasan berekspresi kita bakal direnggut?
Ini seperti keogahan gua buat menyerukan pembubaran FPI. Karena FPI itu berhak untuk berkumpul dan berorganisasi. Kalau ada anggotanya yang melanggar hukum, barulah ditangkap. Tapi pembubaran FPI hanya akan melahirkan mereka dengan nama yang berbeda. Lantas apa gunanya pembubaran itu?
Kalau di Amerika Serikat sana gitu-gitu bisa jadi bahan pelajaran buat kita. Negara itu sangat paranoid terhadap segala macam yang berbau komunisme, sosialisme atau apapun yang kekiri-kirian. Namun di Amerika Serikat ada partai komunis. Namanya itu CPUSA (Communist Party United States of America) yang didirikan pada tahun 1919. Kehadiran partai komunis disana itu ngga sama sekali dilarang. Walaupun akhirnya peminatnya sedikit sekali karena masyarakat disana sudah beropini buat menentang paham komunis. Singkatnya, walaupun mereka paranoid terhadap paham komunis tetapi mereka ngga membumihanguskan paham tersebut.
Sama halnya dalam hubungan, kalau lu punya mantan dan lu paranoid terhadap hubungan lu dengan dia bukan berarti lu bisa membumihanguskan segalanya tentang mantan lu dari diri lu. That's not good. Skip.
Because, you can't kill an idea. Dan Amerika paham maksud itu. Yang bisa dilakukan adalah beradu ide dan gagasan agar gagasan yang satu menjadi lebih kuat sedangkan gagasan lainnya menjadi lemah.
Kedewasaan dan pendidikan merupakan kunci sukses sebuah negara demokrasi.
Negara demokrasi itu percaya punya pilihan. Negara demokrasi itu tidak anti-ini dan anti-itu. Soalnya, kalau pilihannya dihilangkan menjadi sedikit, apalagi kalau cuma satu pilihan, demokrasi  jenis apaan itu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar